Apologize Or Some Confirmation

Subuh-subuh jam 3, gue gak bisa tidur. Tangan gue pengen nulis tapi gue gak mood nulis. Rasanya banyak banget yang pengen gue ceritain ke seseorang. Beban gue ini banyak banget.

Gue masih kepikiran soal postingan gue tentang Smash.

Gak seharusnya gue gak menghargai mereka karena mereka ngefans. Gak seharusnya gue malah bikin malu negara sendiri dengan ngatain Smash dan bikin seluruh dunia tau kalau Indonesia punya boyband kayak mereka. Seharusnya sebagai warga negara yang baik, gue memperbaiki mereka, menjadikan mereka lebih baik dan membanggakan mereka ke seluruh dunia. Tapi kalau mereka gak mau, bodo amat. Biarkan dunia tahu sendiri, dan kita para Indonesian, cukup bilang “gak kenal…” kalau ada yang nanya Smash punya Indonesia atau bukan.

Gue merasa bersalah banget sama Smashblast. Gue merasa mereka suka sama sesuatu, terpaku dan jatuh cinta sama sesuatu sampai gak melihat kekurangan mereka, dan seharusnya gue menghargai mereka semua. Tapi kenapa? Kenapa gue gak menghargai mereka?

Seharusnya memang sudah jatah gue untuk memperbaiki sesuatu yang salah pada negara ajaib ini. Negara yang tidak toleran dan negara yang penuh dengan kekuasaan mayoritas.

Bahkan umat seagama gue (yang pasti mereka cuma ikutin emosi dan gak pernah ibadah, cuma bawa nama agama doang) yang minoritas, ketika menjadi mayoritas, akan berbalik dari ‘domba-yang-kegencet-mayoritas’ menjadi monster mengerikan. Jadi sok dan ngegencet anak mayoritas yang kebetulan lagi minoritas.

Seharusnya gue gak melakukan sesuatu yang mengekang kebebasan orang.

Tapi kalau kalian lihat di postingan gue, gue gak ada sama sekali mampangin kalau gue melarang adanya Smashblast. Tapi postingan gue terlalu tajam dan udah bukan sarkasme lagi… udah terlalu blak-blakan.

Mereka merasa terkekang, mereka merasa yang mereka sukai itu salah, salah besar dan dianggap melawan norma negara.

Padahal menurut gue gak salah suka sama Smash. Lagian bagi beberapa orang, sebuah kuantitas lebih utama asalkan mereka nyaman akan itu. Musik bukan masalah major label atau masalah genre yang berat. Jadi seharusnya yang gue lakukan adalah MEMBIARKAN MEREKA.

Padahal waktu itu gue cuma bermaksud menyadarkan beberapa orang, kalau kita gak seharusnya bangga akan sesuatu yang salah pada sebuah negara. Gak membanggakan pada negara lain kalau kita punya berlian mentah disini, kita punya sesuatu yang belum jadi disini.

Belum jadi, atau memang keras kepala dan merasa keren… lalu tak mau dibentuk menjadi lebih baik.

Menutup telinga akan kritikan dan menganggap kita “sirik aja sama abang-abang gue”.

Well, gue merasa sekarang gue gak berbeda dengan Soeharto yang melarang adanya orang Cina di Indonesia.

Sekarang saatnya gue berubah menjadi Gus Dur, tokoh yang paling gue kagumi dan paling gue inginkan untuk bangkit lagi diantara kita semua.

Sekarang gue udah lega.

Entah Smashblast-Smashblast itu bilang “haha, nyerah kan lo karena gak bisa debat sama kita?” atau bilang “makanya benerin diri dulu, gak usah ngatain Smash yang LEBIH KEREN DARI LO (meski gue bingung dari mana tolok ukurnya kerenan Smash dari gue padahal gue cuma blogger SMP dan mereka boyband—udah beda genre jauh)” atau mereka mau bilang gue kalah telak…

Yang pasti, gue merasa perlakuan gue salah, tapi argumen gue benar. I have a reason why I do that things.

Gue pernah suka boyband girlband dalam negeri, gue pernah suka boyband girlband korea, dan sekarang gue Jlovers (orang-orang yang suka Japanese Pop atau J-pop dan namanya bukan Jpopers). Setidaknya, gue sudah punya bahan pembanding satu dengan yang lain.

Nyokap kemarin bilang pas gue ngira Ilham Smash meninggal (padahal yang di acara gosip itu Ilham yang lain) dan gue bilang “pasti murid mom yang alay-alay pada nangis ya?”… dia bilang kalau “di dunia ini udah gak ada lagi yang orisinil. Semuanya udah niru”

Meski gue punya argumen, kalau seharusnya kita gak mengambil yang bukan milik kita, tapi boleh mengambil pelajaran dari orang itu.

Sekarang gue pikir-pikir aja. Bahkan seorang bang Raditya Dika yang gue kagumi aja punya idola. Artis-artis lain, juga punya panutan untuk mereka berkarya. Seseorang yang ketika mereka melihat fotonya, artis-artis itu akan berkata pada dirinya sendiri bahwa “gue pengen seperti mereka!”, lalu mereka mendapat tenaga lagi untuk memijak dan berkarya.

Pasti Smash juga punya. Cherrybelle, Blink, XO-XI, Dragon Boys, Coboy Junior… pokoknya mereka semua pasti punya seseorang yang menyemangati.

Masalahnya, ada beberapa artis yang bukan idola mereka, tapi mereka ambil sesuatu dari artis lain dan mereka REKONSTRUKSI menjadi seakan milik mereka (meski gue gak yakin. Yang ngambil itu ARTISNYA atau MANAGEMENTNYA?).

Menurut gue salah, Indonesia nelen bulat-bulat hallyu wave-nya si Korea itu. Salah banget. Nelen bulat-bulat, nambahin isi kantongnya si SM, JYP, YG dan yang lainnya… sampai industri musik negara sendiri mengaku kalah.

Ada yang mengaku kalah dengan berhenti bermusik, ada yang bergerilya dengan bermusik tanpa seterkenal dulu, tetap dengan dirinya sendiri dengan berjuang naik ke permukaan lagi dan ada satu yang mencoba peruntungan lain dengan… MENJADI YANG LAGI NGETREN.

Mereka mengorbankan mas-mas dan mbak-mbak yang demen Korea dan punya mimpi jadi penyanyi atau bertemu idola Korea mereka. Menjadikan mereka ‘The Fake Korean’ dengan suara mereka yang sebenarnya bagus (ada juga yang suara bagusnya hasil editan tapi dipertahankan karena mukanya bagus), dan berakhirlah mereka dihujat oleh khalayak banyak cuma karena mimpi.

“Mereka cuma nyari duit” adalah argumen yang selalu bikin gue terenyuh dan berhenti bicara tentang boyband-girlband ‘The Fake Korean’ itu. They have a dream, to be a singer, to be the best of the best… dan mungkin saat itu, gak ada jalan selain menjadi orang lain.

“Kita harus menjadi orang lain dulu, baru jadi diri sendiri” adalah satu quotes saduran dari Perahu Kertas, yang selalu bikin gue berpikir kenapa banyak orang yang mau membohongi diri mereka sendiri demi sebuah mimpi.

Jadi, gue mengaku salah.

Tidak seharusnya gue melakukan sesuatu yang buruk pada milik negara sendiri. Seharusnya gue menarik kembali mereka yang ‘The Fake Korean’ karena mereka milik kita, mereka WNI juga. Seharusnya kitalah yang kembali menghargai musik negara sendiri dan membuat mereka kembali jadi diri mereka sendiri.

Gak peduli apa genre kesukaan kita. Mungkin kita suka The Rolling Stone, mungkin kita suka AKB48, mungkin kita suka sama Westlife…

Tapi jangan lupa kalau kita juga punya sesuatu yang potensial di negara kita sendiri dan mereka perlu didukung sebelum mereka harus jadi orang lain dan bikin kita sendiri malu.

Sama aja kayak kalian-kalian yang sok ngamuk di Twitter pas Malaysia mau mengklaim Batik, Reog, Tor-tor dan yang lainnya. Gue mau bertanya…

“Halo, kemana kalian selama ini ketika para seniman tua itu merintih ‘siapa yang melanjutkan kebudayaan kita’, hah?”

In the end, gue minta maaf sama Smashblast. Gak seharusnya gue mengekang kalian. You can do what you wanna do, say what you wanna say, sama kayak lirik lagu Mocca yang juga gue ambil untuk tajuk blog gue.

Seharusnya, gue membantu kalian. Seharusnya gue yang dari awal membantu agar Smash dan yang lainnya tidak ‘pergi ke Korea’ dan meninggalkan Indonesia dengan membawa bahasa Indonesia (maksud sederhananya: bergaya ala Korea tapi nyanyinya pake bahasa Indonesia).

Sayang, kita terlalu menelan bulat-bulat Korea. Akhirnya, kita mau aja dijajah sama Korea: negara yang sama-sama dijajah sama Jepang sama kayak kita dan tanggal kemerdekaannya berbeda beberapa hari dari kita. Ironi diatas ironi, kayak kata Spongebob.

Can we get they back to Indonesia, so they don’t ‘go’ to Korea? Bisakah kita membiarkan orang Korea mencari uang tanpa harus mengambil lahan mereka dengan menjadi seperti mereka dan kembali pada lahan kita sendiri? Yang meski gak subur, tapi tetap milik kita?

P.S: dari tadi gue pake kata ‘gue’, karena gue gak yakin… ada gak yang mau bantu gue membawa kembali mas-mas dan mbak-mbak ‘The Fake Korean’ untuk kembali ke negaranya meski kita punya banyak musisi yang lebih baik disini? #kode.

P.S lagi: Gue sama sekali gak menghina musisi Korea. I talk about their management 🙂 jadi, gue sama sekali gak menghina korea ini-itu, judge suju or another. Enggak sama sekali 🙂 oh iya, gue juga bukan fans boyband-girlband korea-indonesia.

Too Young Too Dumb To Realize

Dua minggu beybeh! Libur dua minggu! Woooww! *backsound ‘ayeah’ ala Eat Bulaga*

Btw libur dua minggu ini bener-bener gue nikmatin sepuas-puasnya. Ngetik naskah novel dari jam 7 malem sampai jam 7 pagi (tentunya ada jeda mandi, makan, nonton, baca buku dll). Mimpi gue sebelum nerbitin novel adalah menyelesaikan satu dari puluhan naskah novel gue yang gak selesai-selesai. Ada yang masih sinopsis, ada yang udah ditulis, ada yang udah jauh banget tapi berhenti di tengah jalan, ada yang alurnya ngacak adul. Yah, akhirnya mimpi gue yang sederhana ini terwujud karena… NASKAH GUE JADI SATU!

Dari sekian rumusan ide gue yang aselole joss banyaknya, ada satu naskah novel yang jadi dalam waktu setengah bulan. Kenapa bisa setengah bulan? Bukan karena gue hebat, tapi emang selama ini gue ngetik dari pulang sekolah sampe jam 1 malem. Pas libur, ngetik tambah poll, sampe lupa makan sampe lupa minum.

Kenapa gue lakukan semua ini?

Waktu itu, tante gue dateng ke rumah gue. Dia nganterin sepatu yang dia beliin buat gue dan sekotak pizza.

Dia ngomong banyak sama gue dan nyokap. Dia memberi wejangan ini itu, terutama soal mimpi gue jadi penulis yang kadang berlebihan dalam pelaksanaannya dan menggangu sekolah gue.

Nyokap dan tante ngasih ‘tantangan’. Kalau emang gue niat jadi penulis, maka selesaikanlah sebuah naskah untuk membuktikan niat gue.

“Kalau kamu bisa bikin ide novel sampe jumlahnya 30an, pasti kamu bisa kan, nyelesain satu naskah? Coba kamu fokus.”

And yeah, i’m focus. Too focus.

Pada akhirnya, di tengah derita dan gencetan ‘naik-kelas-atau-enggak-karena-hellyeah-lo-pinter-dari-SD-dan-pas-SMP-lo-bego-abis-dan-kelas-7-nilai-lo-ancur-banget-dan-kelas-8-guru-guru-mulai-eneg-liat-muka-lo’, gue NAIK KELAS! *backsound ‘ayeah’ ala Eat Bulaga* *Uya Kuya bakar-bakar tisu* Ranking gue naik 5 peringkat (bukan ranking 5 pokoknya. Malu nulisnya gue rank berapa) dan nilai gue lumayan. Gue tinggal nadahin tangan dan hadiah ngucur! Novel dibeliin empat sekaligus, baju dibeliin beberapa potong dan gue lagi menanti hadiah dari tante gue J

Senengnya bisa membuktikan kalau gue niat jadi penulis dan bisa bertanggung jawab akan diri sendiri dan cita-cita.

Kalian juga pasti bisa seperti saya!

Kuliah, BKT aja!

Oke, sori. Gak konsen. Muka Obama tiba-tiba menyergapi pikiran gue.

Ehehem.

Sekarang gue jedar jeder karena dua hal:

1. apa UN tahun depan jadi dihapus? Kalau enggak, apa gue yakin gue bisa lulus dengan NEM sempurna (karena tahun gue, standar NEM di beberapa SMA terancam tinggi-tinggi dan takutnya kalau gue rata-rata 8 gak tembus SMA/SMK yang gue mau).

2. apa ada penerbit yang sudi menerima naskah anak kelas 3 SMP ingusan yang udah ngomongin cinta.

Gue takut aja, setelah gue mengirim naskah gue, balasannnya adalah:

“Dengan berat hati kami mengatakan bahwa naskah anda belum bisa untuk kami terbitkan karena satu dan lain hal…”

Ya, itu bakal menyakitkan banget. Bayangkan ketika kalian punya anak, susah-susah anda USG, senam ibu hamil rutin, borong CD musik klasik untuk jabang bayi anda, bikinin dia kamar, beliin baju bejibun… dan anda keguguran.

Itu yang gue rasain kalau seandainya naskah gue gak diterima.

Tapi hey, i try to think positive. Semoga aja ada penerbit yang nerima naskah gue. Like Westlife say… i have a dream.

Tapi seperti seseorang dibalik layar kaca dan selalu menyelip di antara buku-buku di toko buku yang diam-diam gue kagumi bilang… writing is re-writing. Sebelum gue puas sama karya gue, gue gak boleh berhenti menulis. Sampai akhirnya gue menghasilkan sebuah karya luar biasa… dan gue belum puas sama sekali. Gue haus menulis, terus memperbaiki diri dan membuka diri untuk kritikan baik. Jadi sebagai seorang anak SMP yang gak tahu apa-apa dalam dunia kepenulisan, gue gak boleh puas dalam berkarya dan terus belajar.

Makanya gue gak pernah berhenti mampang tulisan ‘I’m still learning’ di bio twitter gue. Karena MEMANG kami semua—anak remaja—masih belajar. Gak boleh songong kalau dibilangin kakak kelas, guru, orang tua dan orang dewasa yang bukan orang tua kita sekalipun. 

Satu lagi, gue lagi bermasalah sama smashblast.

Padahal gue udah lama jadi netral, tapi tiba-tiba posting gue soal smash terkenal.

Fck, mereka gak bisa ngasih opini dengan baik. Teriak-teriak, gak berbobot, main emosi dan selalu bawa-bawa Korea -_- giliran ada yang pro sama entry gue, dikit banget. Capek gue ngadepin orang-orang yang pikirannya terlalu dangkal. 

Bukannya gue pinter, tapi mereka yang terlalu dangkal sampai otak mereka dibawahnya orang yang gak pinter -_- oke mungkin akademis mereka pinter, tapi mulut mereka kotor. Kotor banget.

Udahlah, persetan dengan orang-orang yang tidak bisa memberi opini baik-baik.

Oh iya, hari ini gue kebangun jam 4 dan gue menutup mata gue dengan bantal guling.

Gue merenung.

Apa yang membuat gue begitu berambisi menjadi penulis.

Apa yang bikin gue merenung semalaman, bikin gue gak punya waktu untuk cukup tidur dan punya waktu untuk main, bikin gue terus menerus riset dan gak pernah merhatiin kesehatan gue sendiri.

Ternyata gue cuma mau mengejar dia.

Meski kini gue punya cita-cita sendiri, tapi gue tetap pada ambisi gue yang lama.

Gue mengejar dia yang jauh disana.

Cinta 15 tahun gue,

Malam itu, gue menangis. Kenapa gue bodoh, kenapa gue bermimpi, kenapa gue bego, kenapa gue membuang semua waktu gue, kenapa gue begitu berambisi…

Cuma karena cinta bodoh 15 tahun.

Jadi, gue akan memendam mimpi itu, dan menggalinya lagi ketika gue yakin.

I’ll stop writing.

Orang (Sok) Sibuk

Bentar, bentar. Aduh. Sori, kaki gue sakit banget. Tadi abis manjat pager karena nyokap belum pulang, Ini ke warnet masih pake seragam. Terpaksa nahan laper dan nonton stand up comedy streaming di http://www.kompas.tv/live 🙂

Gue udh jarang banget ngeblog, karena lebih seneng nulis offline dan nyimpen jadi bahan cerita. Sekedar pamer kepayahan sendiri, gue udah bikin 20-an naskah novel. FYI gak ada yang selesai. Ya, gue gak berhak bangga atas kehebatan (yang semula typo jadi ‘kebehatan’ *pornografi dalam blog*) gue mengundur waktu dan sok kebanyakan ide.

Kemarin nyokap ultah, gue makan kenyang bgt. Satu kotak Mas Mono, coca cola dll dsb ._. sekarang seragam semua kaya cewek-cewek-yang-di-terans-tipi-yang-mukanya-disensor-karena-jadi-profesi-yang-mirip-akronim-partai-yang-kemarin-ribut-banget-soal-BBM. Which is ketat bgt, badannya ngebentuk dan gerak dikit robek kaya Hulk. Bedanya mereka gede di atas perut sama di bawah pinggul. Kalau gue gede di pinggul ama perut. Hah, kayaknya gue harus banyakin diet dan olahraga kali ya? *kissbye nasi padang*

Gue bingung sama UKK. Banyak banget soal yang jawabannya bener, gak ngasal dan emang gue hafalin. Kok bisa gitu nilainya jelek semua? Apa gak ke scan? Gue jadi frustasi sendiri. 

Karena UKK, gue jadi semacam businessman. Bedanya gue remed-bacakomik-jadibandarnovel-remedlagiman.

Yang ga remed jg nilainya pas-pasan dan nyerempet abis. Bahkan pelajaran favorit gue aja cuma dapet 78, 76 ama 84. Kalau salah kunci jawaban, kenapa ada yg 90? Pasti gue yang salah. Tapi apa salah gue?

Tapi itulah manusia. Gak tahu kenapa Tuhan menciptakan mahluk yang katanya paling sempurna dengan akal budi tapi bobrok yang susah banget introspeksi diri.

Lagian tadi gue ama Hanifah sama Gina main Indonesia Pintar di halte BKT. Kayak org gila aj, kita nebak-nebak Pesbukers lah, Iqbaal CJR lah… ya yang gampang-gampang aja, gak usah claustrophobia atau semacamnya. Kasian tar mulut mereka bebusa nebaknya. Gue yg bikin soal aja mumet. -_-

Udah ah, gitu dulu. Topik lain, next entry. See you soon!

Kakak Dan Adek Yang Aneh

Serius dikit, sekali-kali kita gak ngomongin kesialan dan keuntungan gue karena ini bukan pelajaran Ekonomi. Eh, untung rugi itu ekonomi atau akuntansi? Atau Seni Budaya?

Ehem. Sebelum anda scroll kebawah lagi, gue tekankan kalau GAK SEMUA ADEK-KAKAK KELAS SEPERTI INI. TAPI TRUST ME, PASTI ADA SATU YANG SEPERTI INI DI SETIAP SEKOLAH. ANDA TAK PERNAH TAHU APA YANG TERJADI DI BELAKANG PUNGGUNG ANDA KECUALI ANDA PUNYA SATU MATA DI BELAKANG KEPALA.

Gue suka bingung kenapa hubungan kakak kelas dan adek kelas gak pernah akur. Selain itu gue juga bingung kenapa mereka disebut kakak-adek kelas padahal gak pernah sekelas kecuali ulangan umum.

Adek kelas ada yang diem-diem ngatain kakak kelas di twitter #cupu. Kakak kelas diam-diam bullying adek kelas dengan jadi ketus, sok ngatur dan apa-apa ngebentak.

Yang menurut gue paling lucu itu adek kelas yang langsung dibenci sejak pandangan pertama sama kakak kelas. Kakak kelas tuh sok sensi dan menjijikkan banget *elo berarti kan chel? Lo kan kakak kelas -_-*. Adek kelas ini dibenci karena apa-apa ngaca, adek kelas yang ini dibenci karena sepatunya gak pernah diiket, adek kelas yang ini dibenci karena suka gak dirante (?). Apa coba?

Adek kelas juga benci sama kakak kelas karena mindset mereka selalu sama: nenek sihir (karena majority kakak kelas nyebelin itu cewek) nyebelin tukang ngatur, semua orang dilabrak, semua orang dicakarin kalau lagi PMS, adek kelas isi kantongnya buat mereka semua… bla… bla… lalalalla aku sayang sekali… Doraemon!

Di satu sisi, bila ada kakak kelas yang dari awalnya baik, ramah dan gak ketus, menjaga komunikasi berkesinambungan dengan adik kelas, mindset adik kelas langsung berubah, tapi tetep negatif, yaitu: nenek sihir yang gampang diperbudak, dikentutin gak akan marah, gak protes kalau gak dihormatin dan rendahan.

Kakak kelas jadi serba salah. Ada yang gak gila hormat, tapi terpaksa jadi galak demi kenyamanan dirinya sendiri. Tapi dia juga mikir, kalau dia galak… dia malah dibenci padahal dia berniat berteman dengan semua orang. Masalahnya ketika dia baik, adek kelas malah songong sama dia. Kasihan tuh orang… *bukannya itu lo ya?*

Lagian gue juga heran sama kakak kelas. Jujur gue kakak kelas dan gue heran sama diri gue sendiri. Kenapa kakak kelas selalu membenci adik kelas dan menganggap SEMUA ADIK KELAS YANG UDAH JADI KAKAK KELAS ADALAH ORANG SOK KUASA.

Buktinya, hubungan kelas 5 dan 6, kelas 8 dan 9 dan kelas 11 dan 12 jarang sekali baik. Kelas 6, 9 dan 12 selalu nganggep kelas 5,8 dan 11 adalah kakak kelas baru yang sok kuasa karena udah jadi kakak kelas, ditambah lagi kesibukan kelas 6, 9 dan 12 yang bikin mereka merasa kelas 5, 8 dan 11 akan semakin sok kuasa karena merasa diatas angin.

Kelas 5, 8 dan 11 yang rata-rata gak merasa begitu (dan nyatanya emang seringkali cuma negative thinkingnya kelas 6, 9 dan 12 yang didera UN dan gak tahu mau ngamukin siapa), malah merasa kelas 6, 9 dan 12 yang sombong dan merasa di atas angin.

Jadi yang salah siapa?

Yang adek, selalu dicap sombong padahal masih cilik. Yang kakak, selalu dianggap sok kuasa karena paling tua (kenyataannya masih ada guru dan kepala sekolah :p tuh yg udh ‘diatas’, lihat ke atas lagi gih, sebelum banyak bacot :D).

Gak ada yang salah.

Yang salah itu pikiran kita. Negatif, negatif, berusaha untuk selalu menguntungkan diri sendiri, berusaha untuk menyingkirkan siapapun yang kita benci, mencari bala bantuan biar kita tak terlihat ‘salah’ dengan sendirian membenci orang lain (terutama kalau tuh orang pinter sandiwara. Kita bakal makin kelihatan salah)…

Yang salah tuh asumsi kita. Untuk semua kakak kelas, gue punya 3 adek kelas yang gue benci banget, ngegeng mulu, dan asal kalian tahu gue benci SEMUA KELAS 7 YANG KRISTEN DI SEKOLAH GUE. TALK TO MY HAND, 7-6! MUAJAHAHAHAHAHA. Oke skip, gue gak mau jahat. Tapi gue gak mau dengan gue benci sama apa yang gue lihat, gue kehilangan segala kesempatan dalam hidup ini. Seperti posting tentang judge book by its cover yg prnh gue post, gue gak mau karena gue benci cover, gue kehilangan kesempatan di depan mata.

Siapa tahu semakin lama kami mengenal, ternyata mereka bukan anak yang buruk-buruk amat? Siapa tahu mereka emang menghadapi hidup yang sulit dan memaksa mereka seperti itu? Siapa yang tahu?

Terus buat yang adik kelas, mengertilah kalau ada kakak kelas yang galak. Sudah semacam konfe… apa gitu pokoknya yang artinya “peraturan lisan yang sudah menjadi adat dan sudah tertanam dalam kehidupan masyarakat”. Ada lah, pokoknya di PKN.

Pokoknya sudah sebuah kepercayaan banyak orang kalau kakak kelas kebanyakan temenan sama adek kelas itu… pokoknya jelek-jelek deh! Iya cupu, iya terlalu baik, iya sok nyari muka, pokoknya banyak deh. Kalau orangnya pede sih gak apa-apa. Kalau dia sampai dibully? Jadi pahamilah.

Lagian gak semua kakak kelas jahat. Bisa aja mereka sibuk atau kamu pernah punya salah sama dia dan dia gak seneng.

Entahlah. Gue juga bingung kenapa jaman semakin kompleks saja. Dulu waktu gue SD, adek-adek kelas sopan-sopan banget, kitanya juga gak congkak karena merasa dihormati bagai raja. Kakak kelas gue dulu seneng banget nyubitin pipi gue karena lucu (kakak kelasnya yang SMP kelas 3 dan waktu itu gue masih kelas 1 SD), kakak kelas gue seneng ngobrol ama gue dan mereka mengayomi adek kelasnya banget.

Gak tahu deh, semua ini salah siapa.

Salah pikiran kita, salah lingkungan, salah sinetron alay dengan pemeran kakak kelas ngegeng yang suka nyelengkat adek kelas penjual kue bakul, atau salah orang tua yang membiarkan anaknya nonton sinetron alay dengan pemeran kakak kelas ngegeng yang suka nyelengkat adek kelas penjual kue bakul?

Tuhan yang tahu.

Things

Lama juga gak nulis. HELLO JEKARTAH? Oke, gak semua tinggal di Jakarta ya?

HELLO JEKARTAH, BOGOR, SEMARANG, BALIKPAPAN, PALU, MEDAN, MANADO, BANDUNG, SURABAYA, BOLEHKAH, NAIK, DENGAN, PERCUMA?

Oke gilanya kambuh. Bentar, ngambil obat dulu…

Udah.

Gini, gue sekarang udah punya diary! Oke, gak ngagetin ya? Emang gak penting juga sih. Disaat jaman-jaman kuda minta folbek ama @radityadika, gue baru punya diary. Ini sih sebenernya diary lama hadiah ultah gue ke 7 yang gue tempel-tempel kertas kosong karena males nge-tipex. Enak sih bisa nulis-nulis apa saja yang terjadi selama 24 jam sebelum tidur, mengingat gak selalu bisa ngeblog.

Lagian kata para ahli, kalau nulis diary sebelum tidur itu bisa membuat kita lebih tenang. Iya gue tahu, gue terlalu kecanduan sama fact-fact twitter…

Satu yang harus gue tekankan kalau gue gak nulis seperti:

Dir dayerihhh,,, hri nhe dya jhat bgth ma quwh cma krnh kuwh clah ngacih tisu bekas kucingku cebok bwatdh dyah cucyh tngandh. Huks, quwh slah pha chie? Dia khandth imoetz, miriph mha quwchink, jdhi quwh gx konschen,,,

Hell no.

Gue nulis diary pake bahasa inggris. Sok gaya sih enggak, tapi banyak aja hal-hal yang lucunya lebih dapet kalau pake bahasa inggris. Gue seneng aja nertawain diri gue sendiri.

Terus kemarin pas lagi SMS-an ama temen gue si Wilma, dia mencetuskan ide bisnis kecil-kecilan ke gue. Ngebikin barang-barang handicrafted yang bisa dijual dan lucu-lucu dari koran, sesuai dengan yang guru SBK kami ajarin kemarin (BTW tari piring Bu Wiwit kemarin keren banget!). Gue iyain aja, karena dari lama gue mau jadi enterpreneur. Sebentar, kayaknya enterpreneur terlalu ketinggian ya buat usaha handicraft kecil-kecilan bocah SMP?

Lagian enterpreneur juga menghasilkan barang baru yang unik. Siapa tahu diluar sana ada yang udah duluan begitu ._.

Temen gue emang oke. Dia tahu aja duit gue lagi abis :’) mak, mau nonton mak…

Terus juga kemarin si Wilma sempat menceletukkan sesuatu yang menciutkan semangat gue, dan membangkitkan semangat gue secara bersamaan. Dia bilang “chel, kamu kalau stand up comedy… itu kurang lucu. Tapi tulisan kamu tuh lucu banget. Menurutku kamu nulis aja deh.”

Gue gak percaya. Dia buru-buru ngubek-ngubek HP gue dan nunjukin cerpen komedi gue soal cewek namanya Raisa (bukan yang penyanyi) sama cerpen horor komedi gue tentang cowok dan setan berdada bolong (bukan dada yang itu tapi yang tengah-tengah, pas di jantung. Bagian ini harus dijelaskan karena gue gak mau kalian ngira gue addicted sama komedi horor semacam jupe dkk). Dia tunjukkin ke Qurrota dan Qurrota langsung ngakak, ngakaknya mati-matian. Oke…

Agak luntur sih, cita-cita gue untuk jadi stand-up comedian setelah melihat kejadian itu. Gue inget bit-bit yang udah gue bikin semaleman, total, tapi ketawa comedy buddy gue gak pernah total. Yaaah, mungkin bener kata temen gue: kalau cewek itu kebanyakan garing. Entahlah… gue lagi males ngomongnya. Sebagai anak labil, gue tinggal menunggu semangat gue menggebu-gebu lagi untuk stand-up comedy.

Oh iya, temen gue minta dieksisin di blog ini. Padahal seharusnya dia tahu pembaca blog ini gak banyak, yang punya juga orang gila. Btw, gue sering bgt misunderstanding sama dia, gara-gara gue lagi sering berantem ama temen dia, eh dia yang kena semprot -_- karma emang gak jauh-jauh dari bulan puasa ya? *korma, mbak…*

Si @jeremiaspalito, penyayang emak dan kakak, pecinta dan spesialis pemberi nama kucing, serta manusia paling pelit di kelas. Link twitternya: https://twitter.com/jeremiaspalito

Oke, gue gak ada utang kan?

Lanjut.

Gue lagi bikin naskah novel baru. Iya, emang ngebosenin banget baca gue nulis naskah novel baru terus. Gak pernah selesai-selesai… gak pernah ada yang jadi…

Padahal gue baru kelas 2 smp dan bukan seorang direktur supersibuk dengan 10 iPhone yang selalu berdering secara serempak dan memiliki 5 aphard yang bisa dipake usaha laundry.

Terus juga kemaren bang radit ngetweet:

Kalau mau jadi penulis jangan cengeng. Kebanyakan alesan malah bikin skenario, buku, naskah gak kelar2. Gitu.

Gue agak terpukul, karena udah banyak juga penulis yang mengatakan hal yang sama. Udah 5 kayaknya, dari berbagai penerbit. Yah, emang sih nulis itu gak susah… tapi idenya yang susah. Gak banyak ide datang pada orang yang gak riset. Masalahnya gue keseringan riset, begadang, nulis, nulis, bawa laptop kemana-mana sampe ilang di angkot… dan berakhir pada nilai dan tugas yang terbengkalai.

“Penulis yang sekolahnya gak bener, gak akan ada orang yang percaya sama karyanya!” kata nyokap gue. Iya sih, buku kan jendela ilmu, apapun bukunya. Kalau kita mengajarkan tapi kita belum beres, gak guna juga. Yah, meski kalau gue jadi tukang koran tapi nulis buku keren badai, orang akan nangis darah bacanya (nangis darah karena terinspirasi sama karena sirik). Tapi untuk dipercaya orang, harus ada sesuatu yang bisa gue buktikan kan?

Lagian udah berkali-kali gue mimpi tentang laptop. Gue udah dua kali mimpiin ini. Di mimpi itu gue beli laptop, ilang dicuri orang tua berbrewok dan berkacamata hitam yang sama setiap gue jalan ke ramayana bareng Warkop DKI. Oke, absurd. Tapi soal laptop ini serem bro. Laptop gue pernah ilang, kepentok, dan setiap gue ngelawan orang tua soal laptop dan novel… gue selalu kualat.

Tuhan gak akan ngasih bakat tanpa memberi kita kesempatan. Jadi, gue akan selalu mencari kesempatan itu, yang terserak diantara sekolah dan masa depan, lalu gue pegang kesempatan itu.

Sip. Kayaknya uneg-uneg ini udah cukup ya?

See you in the other time!

Kadang Gak Seperti Yang Kita Mau

Semua yang terjadi di dunia ini gak selalu seperti yang kita mau. Contohnya, jalannya acara X Factor gak seperti yang gue mau: Novita menang, Fathin nangis lagi, sekelas gue traktir cupdate.

Gue gak bilang siaranya si Fathin jelek. Gue aja kalah lomba nyanyi waktu di sekolah, karena lupa lirik. Gue buru-buru improv, TANPA MENANGIS DAN DIPELUK ROSSA.

Kalau udah di ajang sebesar itu, gak ada yang bagus dan jelek. Yang ada cuma yang baik dan yang TERbaik.

Kalau udah ada dua, makin susah mencari yang TERbaik. Ada satu yang terbaik, tapi penampilan dia kurang pas sama selera orang jaman sekarang (dan anda semua tahu selera orang jaman sekarang seperti… yang pake plastik di muka aja didemenin. Jangan dengerin gue, gue hanya beropini, tetaplah pada selera anda masing-masing). Ada satu lagi yang terbaik, mukanya imut (kadang sok diimut-imutin bikin jijik) dan banyak yang dukung.

Tapi ah sudah kita lupakan saja. Biar itu jadi masalah mereka.

Yang gue bingungin sekarang itu cuma satu:

Kenapa kalau gue menyatakan pendapat soal seseorang, fanbase mereka merasa diserang sama gue?

Gue bahkan gak pernah bilang mereka mengidolakan orang yang salah…

Gue hanya menulis hal yang gak gue setujui. Terlepas dari bagaimana sepak terjang mereka sebagai artis, gak akan menutup kemungkinan mereka punya fans kan? Pasti ada satu atau dua kelebihan dari orang yang masa-bodo-mau-profesional-atau-enggak itu untuk disukai orang kan?

Justru menurut gue fans tuh bukan dikelompokkan jadi dua; karbitan dan sejati, karena ini bukan agama, jadi terserah kita mau jadi fans biasa yang gak terlalu ngikutin perkembangan dia atau mau jadi fans fanatik yang mengikuti tentang dia sampai pada fase terparah: menjadi ‘dia’ dengan merubah diri. Seharusnya ‘fans’ itu dikelompokkan jadi:

1. fans muka artisnya
2. fans suara artisnya
3. fans adek artisnya (semacam yang demen edgarnya bang radit)
4. fans karya artisnya
5. fans selera fashion artisnya
6. fans perilaku artisnya

Dengan itu kan jadi gak ada: “eh elo tuh fans palsu! Cuma suka sama muka artisnya doang!”. Satu sisi kita ngefans berat sama dia, tapi di satu sisi–yang gak pernah diakui 90% fans wanita–kalau ANDA MEMANG HANYA MENYUKAI WAJAHNYA.

Semua jadi terasa lebih mudah jika dikategorikan, namun tidak dibedakan, karena kalian bernaung pada satu fanbase.

Kembali pada topik seperti di judul, kadang semua gak seperti yang kita mau. Hal diatas sulit direalisasikan karena banyak orang mengaku fans sejati dan mengaku menyukai semua hal dalam diri si artis. Masa sih? Coba kita selidiki baik-baik orang-orang terdekat anda yang sudah mulai bosan sama artis yang berkelompok atau perseorangan.

Ada yang:

1. Dia gak sekece dulu (karena nambah umur, itu alasan paling banyak)
2. Dia udah jarang muncul di TV (dan anda tidak tahu siapa dia, dan anda tidak tahu lagi apa yang bisa anda suka dari dia, karena apa? Anda tidak tahu lagi apa yang orang itu lakukan di belakang panggung)
3. Dia udah basi (mungkin anda ngefans sama semacam fast food atau makanan padang yang bersantan?)
4. Dia berubah (si artis berubah, tidak seperti yang anda MINTA lagi karena ingat, artis berkarya selain mengikuti kata hati juga mengikuti permintaan–atau bahasa kasarnya yang lebih realistis–tuntutan pasar)

Darimana ceritanya orang yang cuma anda lihat setiap hari di media cetak dan elektronik bisa anda kenal luar dalam?

Oke cukup deh semua keresahan gue tentang fans-fans-an ini.

Sekarang gue kembali menjadi anak SMP biasa lagi.

By the way selama gue ngetik, gue ngeliat satu fact di twitter, yang gue retweet. Katanya orang yang begadang itu performa otaknya lebih tua 7 tahun dari aslinya. Hmmm, kalau orang bilang tulisan gue kayak orang dewasa, apa itu karena gue sering begadang?

Semoga masalah 7 tahun lebih tua ini gak ngaruh sampe ke muka, meski di dunia ini, kadang semua gak seperti yang kita mau…

See ya!

Tugas-Tugas Ini Mulai Harlem Shake di Kepalaku!

Gue udah capek-capek bikin tugas PKN dan ternyata masih kurang 3 lembaga negara lagi. Ya ampun padahal itu sampe nguber-nguber bikinnya. Ya udahlah… ayo, wiki, kita kerja lagi! *kasih wikipedia seperangkat baju meido ala anime*

Kabar baiknya, kotak tisu tugas SBK yang gue kacangin berlama-lama itu akhirnya mau diutak-atik sama gue dan murid-murid yang udah lulus dari SD nyokap (ya bukan rahasia lagi kalau gue akan cuma nyumbang pengarahan singkat dan segelas teh manis sementara mereka akan kerja keras bagai kuda).

Hari ini gue juga gak masuk karena kemarin gue sakit dan gak diijinin pulang, dan sialnya pas nyokap ke sekolah guru-guru salah tangkep informasi dan bilang gue udah pulang. Ya gue nangis di sekolahan karena udah ga sanggup jalan.

Tapi ternyata gak ada kata gak sanggup dalam kamus Rachel.

Abis berurai air mata ditelpon nyokap, gue malah cekakak-cekikik di jalan ama temen-temen sambil minum akua dingin sama ale-ale anggur.

Sampe rumah tambah sakit dah. -_-

Tiba-tiba semua keluarga dari bokap tiri dateng semua karena dapet kabar adek gue usus buntunya kambuh. Hari ini karena dia ulang tahun, om dan tantenya ngasih sepeda lipet baru berwarna putih.

Gak apa-apa, Emping, aku masih ada kamu 🙂 *lirik sepeda gue yang pink mentereng dengan gambar kelopak sakura* *otaku minded*

Selain ada sepeda, ada juga sekardus susu Milo UHT. Dan habis dalam waktu hampir 24 jam. Iya, misteri seloyang brownies keju coklat kartika sari habis dalam waktu 20 jam juga masih diselidiki oleh pihak yang berwajib (baca: nyokap).

Hari ini gue bangun jam 12 siang dan baru mandi jam 3. Pagi tadi tuh gue panas lagi, jadi gue tidur dah. Sebenernya dari semua hari tuh gue suka banget hari Sabtu sama Kamis. Pulang jam 1, dan ada pelajaran Bhs. Inggris sama Bhs. Indo 🙂

Semakin lama bisa ngerasain atmosfer kelas yang ngagenin (meski gak sesempurna dan sengangenin kelas 7-6 tapi ini kan bukan negeri utopia dimana segalanya sempurna dan seperti apa yang kita inginkan bukan?) semakin baik bagi gue. Meski kadang gue rindu libur tapi itulah hidup, manusia gak pernah puas.

By the way gue lagi latihan nulis-nulis skenario film dan hasilnya sama sekali enggak memuaskan. Tapi namanya juga eksperimen, pasti pernah gagal.

Terus gue juga suka blogwalking dan dapet banyak respon balik seperti ini:

“Ternyata kamu masih muda ya?”

“Wah masih muda, kirain udah kuliah”

Ini gak tau mau nangis… atau bangga.

Ada usul? 😀

Tugas-Tugas Ini Membunuhku! Demi Tu… ah basi!

Gila, gue gak ada ide nulis sama sekali. Gue udah gali-gali ide-ide bekas yang sengaja gak gue hapus, baca-baca novel dan baca sinopsis di toko buku, jalan-jalan biar bisa tahu gimana keadaan luar dan gak kudet-kudet amat tapi gue tetep aja mandet ide. Dan OMG, tugas-tugas monyet itu mendekat dan gue seperti dikejar-kejar buku tulis dan perkakas-perkakas tempat tisu sama peralatan bikin rompi. Gila aja, setres setengah mati gue! Tugas tabus gue tuh cuma 2 nilai, karena gue gak ngumpulin tugas. Masalahnya buku costume book gue udah gue tulis-tulisin cerpen. Iya kalau ibunya terhanyut ama ceritanya terus nangis terus gue dilulusin tanpa ikut UN. Kalau gue malah dipancung? Kalau cerpen gue malah jadi skenario film hantu murahan macam Suster Push-Up? *masih kebawa suasana Cinta Brontosaurus :p*

Kliping IPA untuk me-recover nilai ulangan yang sama kayak nama girlgroup Jepang yang rombongan kaya mau nyerbu sekolah sebelah tapi suaranya bagus banget itu juga belum jadi, makalah IPS 3 bab males banget gue kerjain padahal tinggal bagian penawaran sama harga pasar trus tinggal print. Gila, gue anak durhaka banget di sekolah gue. Eh tapi pas entry ini gue post ke warnet, tugasnya udah ke print! HORE!

Kalau lo bilang yang bandel pasti gak cuma gue, emang iya… TAPI COWOK SEMUA! Masa iya gue harus nyamar jadi cowok kayak di FTV? Gue pernah coba sok keren pas gue udah beli kacamata pas kelas 7, sok kayak anak baru yang sebenernya anak lama cuman nyamar… tapi tetep aja orang manggil gue “HEY HELL (digituin biar greget) LO APA KABAR? KACAMATA LO BAGUS!”. Gue lupa, bordiran nama gue nempel unyu-unyu di kemeja gue. Sial, gagal dah jadi Revalina S Temat, malah jadi Revalina Es Cendol -_-

Gue suka males sama kurikulum Indonesia. Banyak hal gak penting yang gak semua orang perlu tahu 100% di jaman modern ini. Jam pelajarannya emang udah dikurangin. 2 jam seminggu… TAPI MASUK BUAT NILAI RAPOR!

*Deng deng deng deng!*

Iya enak dah lu pada yang bakat SBK ama Tata Busana! Gue?

Gue pernah ngeluh ama Sherina pas lagi ngejait rompi tabus:

Gue: Kenapa sih ada pelajaran tabus? Kan kita udah ada mesin jahit gitu…

Sherina: Ini tuh pelajaran biar kita terampil, HELL, biar terampil!

Gue: Kalau mau terampil ngapain kek, bikin candi atau apa gitu! Kan gak semuanya bisa ngejait!

Sherina: Nah, ini tuh makanya biar kita terampil!

Lama-lama gue belajar terampil dengan ngejait mulut lo dah, Sher -_-

Gue bukannya benci guru Tata Busana di sekolah gue. Gue cuma gak suka pelajarannya karena gue ini orangnya berantakan dan ceroboh. Gerak dikit, semua jarum pentul tumpah ke lantai, kesenggol dikit, tusuk jelujur gue jadi lukisan Picasso… hadeeeh!

Kalau guru Tabus agak tegas ama gue, itu karena gue gak pernah ngerjain tugas sama sekali. Gue tahu kok, gue gak pernah dendam ama guru tegas, karena dia gak mungkin neriakin murid di jalan kaya orang stres diluar sekolah sana. Kita pasti punya salah, makanya guru marah ama kita.

Gue dulu pernah les di *pip* dan punya guru Bahasa Indonesia yang agak gimana gitu. Murid ngobrol diceramahin “kasian orang tua kalian udah biayain kalian tapi kalian begitu kelakuannya. Kalian mau jadi orang berguna gak?”, murid ketawa dibentak, murid gak serius dimarahin…

Tapi diluar, dia orangnya baik banget sama kita. Temen gue pernah ketemu dia di jalan, terus ditawarin somay. Gue bersyukur kaga ketuker tuh, bisa-bisa kayak gini:

Temen Gue: *Ngeliat guru gue makan somay deket tempat les* Ibu *pip*, siang bu!

Bu *piip*: Kamu itu gimana sih? INI UDAH SORE! KASIHAN ORANG TUA KAMU UDAH BAYARIN KAMU LES MAHAL-MAHAL TAPI KAMU KAYAK BEGITU KELAKUANNYA? KAMU MAU JADI ORANG BERGUNA GAK?

Temen Gue: Bu, saya janji gak gitu lagi bu. Saya gak punya orang tua, sebatang kara bu! Saya… saya… *Josh Groban muncul dari panci bakso, langsung nyanyi You Raise Me Up*

Terus pas kita bandel… dia malah kayak…:

Bu *piip*: Jadi anak-anak, tanda baca…

Temen Gue Yang Mana Yak Gue Lupa Namanya: Eh kemarin gue nemu foto Miyabi di intenet!

Temen Gue Yang Ini Wah Gue Lebih Lupa Lagi Dia Siapa Yak: Sebelah rumah gue kemarin ada Mi Yamin beli 1 gratis satu! Gila, gue kenyang banget!

Bu *piip*: *Melotot* Kamu sama kamu! Jam pelajaran malah ngomongin Mi Yamin!

Temen-Temen Absurd Yang Gue Lupa Namanya: *Diem bedua*

Bu *piip*: Mi Yamin itu udah mainstream! Kalian mau somay?

Mehehehehe, gue juga jadi heran, kenapa ya pelajaran-pelajaran serius tuh gurunya kaku semua? Maksud gue, apa karena pelajarannya terlalu berat terus mereka jadi banyak pikiran sendiri? Malah kadang, guru-guru yang baik dan bawaannya enjoy aja jadi pura-pura garang kalau ngajar pelajaran berat. Masa sih, mindset orang Indonesia terhadap IPS, IPA, Matematika sama PPKN udah se-enggak asyik itu?

Maksud saya gini, ibu guru… masa sih kalau ibu pura-pura garang, terus kita bisa masukin Candi Prambanan, Roro Jongrang sama Bandung Bondowoso ke otak kita?

Seandainya aja IPS diajarin dengan metode stand-up comedy. Pasti keren…

Ada sih, guru yang dari awalnya udah disiplin dan serius. Itu sih gak apa-apa, just be ourself aja, karena cara guru ngajar kan beda-beda…

Tapi masa sih sampe yang baik aja pura-pura garang?

Huft,,, QuWh CdHaH CpEkHz HduP,,,! <<<< sori, barusan pandangan gue gelap terus gue gak sadarkan diri, kayak bawaannya pengen tidur. Kayaknya tadi ada api deh…

By the way kemarin gue abis nonton Cinta Brontosaurus. Gila, itu film keren banget! Banyak sih, orang yang bilang bagusan Kambingjantan, tapi gue lebih suka CinBro, gak tahu kenapa. Yang meranin Edgar kecil (Griff) juga unyu banget, polosnya persis Edgar yang selalu Bang Dika gambarin di buku-bukunya. Chemistry Dika sama Jessica itu terasa banget, gak kaku dan kita terasa kayak emang ngeliat orang pacaran. Kosasih juga diperanin dengan keren banget sama mas Soleh Solihun. Serius deh, percaya sama Kosasih…

Flashback kayak di Malam Minggu Miko-nya juga usefull dan nambah LPM (buset, kebawa istilah stand up comedy dah gue…). Perwujudan bit-bit stand up bang Dika di film ini juga lumayan, meski banyak yang gak se-pecah materi asli… kayak ‘turunin aku sekarang!’. Kalau di materi, itu ada tips pura-pura mati. Hyah, padahal kalau si Dika-nya pura-pura mati pasti keren *banyak kritik banget sih lo!*

Udah ah, gue udahan. Banyak tugas menanti di persimpangan jalan sana :))

Sekalian aja gue tulis…

Yang follow gue pasti tahu. Gue lagi nyindir temen gue.

Jujur gue muak sama dia. Muak, semuak-muaknya, dari kelas 7. Tapi karena dia gak pernah bunuh bokap gue dan ngambil ponakan gue untuk jadi istrinya *gebrak meja 3x*, gue santai aja. Kalau ga suka, menjauh, menjauh, daripada akhirnya meledak dan masuk BK (inget, gue si pematah standing fan dan penghancur pintu lemari baju sendiri).

Gue deket sama sahabat dia karena dari dulu kita tuh jauh banget kayak gak pernah sekelas. Kebetulan dia juga tahu soal hobi-hobi gue, dan dia paham jokes gue yang lucu tanpa bedak ini (kadang kan orang suka ngerti lama dulu baru ketawa).

Masalahnya, selama ini gue jaga perasaan dia, karena itu anak sahabat dia pertama kali di SMP kami. Gue paham lah kalau tiba-tiba Natalia deket sama orang lain dan gue ditinggalin. Paham banget, soalnya pernah X))

Gue suka merasa dia gak mau ngelepasin tuh sahabatnya. Gue juga dulu gitu sama Natalia, sampai Mega sama Qurrota akrab ama kita, dan gue mulai belajar kalau Nata juga perlu bersosialisasi sama manusia lain selain gue di dunia ini.

Dalam berteman, semua orang pasti punya sifat jelek yang gak bisa ditoleransi oleh orang lain. Contohnya kayak Wilma temen gue, dia ga suka gue yang suka pukul-pukul bahu, Qurrota gasuka gue pegang-pegang pipi dia, terus Mega gak suka dipanggil Mega-kun (panggilan akrab untuk cowok dalam bahasa Jepang).

Kalau gak suka, kita mending bergerak pelan, sampe dia sadar kalau kita lagi ‘ngajarin’ dia dan lama-lama dia juga terbuka soal kekurangan kita.

Gak anarkis, gak ribet, dan selamat tinggal Bimbingan Konseling~

Masalahnya…

Dia bukannya sadar, malah makin tersinggung.

Gue MEMANG bermaksud menyinggung, sampe dia mikir sendiri… lama-lama pikirannya loading dan sadar. Komplain, jelasin, beres.

Just like Natalia do to me. And now see, we have tolerance each other.

Gue udah pernah ngomong ama dia, dia ngangguk, bilang oke, tapi sampai saat ini, dia tetap melakukan hal buruk tersebut.

Ya Tuhan…

Kata nyokap, kita bukan siapa-siapa dan gak bisa ngerubah sifat orang semudah itu.

Iya nyokap, ananda tahu… Tapi ananda bermaksud baik!

Ananda jujur merasa gak enak nulis-nulis begituan di twitter, nulis di blog…

Tapi ananda tak sanggup! Capek!

Kadang sudah ananda sabarkan hati ananda. Masalahnya ini tidak hanya berimbas kepada ananda saja, ibunda nyokap… tapi pada sahabatnya sendiri.

Ananda sudah bilang pada sahabatnya agar membantu ananda, dan dia mencoba. Kenapa? Karena dia sayang sahabatnya, ibunda nyokap.

Ananda kesal, ibunda nyokap. Ananda benci dia, ananda gak suka. Tapi salah dia… yang spesifik itu apa? Dia gak nyolong jemuran ananda… atau ambil keponakan ananda untuk… OKE STOP! *gebrak meja 3x*

Ananda hanya mencoba, agar dirinya sadar kalau orang terganggu akan sifatnya. Ananda tidak suka ketika ananda berbicara dengan temannya yang namanya mirip juri The Voice itu secara rahasia, lalu dia mencampuri. Ananda juga punya hak memilih siapa yang ananda curhati di dunia ini.

Oke gue mulai jijik dengan ‘ananda-anandaan’ ini.

Jadi gini, kawanku, dimanapun kamu membaca.

Saya sadis, memang. Karena saya udah nahan ini selama 1 tahun sama kamu. Saya juga punya batas kesabaran. Saya gak mungkin gak nganggep kamu ada, karena kamu sahabatnya si ‘mirip-juri-The-Voice’ dan saya cuma teman yang baru akrab. Beda.

Gini aja, kalau gak suka cara saya, saya menjauh.

Tapi tolong, ini cuma pesan. Tolong biarkan sahabatmu yang mirip juri The Voice itu untuk berteman dengan siapa saja…

Okesip, gue berhenti nyampah TL dengan sindiran karena gue bukan @WAHGUENYINDIRPASKENAKEORANGNYAWEKAWEKA :))

I’m outta here